“Dalam Islam, tidak ada konsep gay dan LGBT, jika seseorang ingin menjadi seperti itu, jelas ini adalah perilaku menyimpang. Ingatlah, bahwa tidak seorangpun yang terlahir sebagai gay. Bukan masalah genetik, ini adalah penyimpangan, ketika kau terus menyimpang maka kau ingin sesuatu yang baru, baru, dan baru.” (Dr Zakir Naik)
Mewah dan menjulangnya Tugu-tugu Tauhid (tugu dengan simbol-simbol agama) di Kabupaten Cianjur, berikut dengan Jargon Politik Cianjur Jago serta Cianjur Lebih Maju dan Agamis, ternyata tidak berbanding lurus dengan kualitas moral masyarakat dan pejabatnya. Hal ini dapat dicermati dengan fenomena maraknya perilaku LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Kota Santri ini. Dengan demikian, dapatlah kita mengambil satu konklusi bahwa Cianjur tahun 2017 darurat perilaku LGBT. Hal ini sebagaimana dilansir oleh media daring AntaraNews.com. Tidak tanggung-tanggung jumlah pengidap LGBT dari 1030 orang dari tahun 2016, mengalami tren peningkatan sebesar 100% menjadi 2000 orang lebih pada atahun 2017. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Cianjur, Hilman. Menurutnya, seorang Gay (Homoseks) dapat merekrut calon gay baru 5 sampai 6 orang perbulannya.
Berdasarkan hasil riset nasional, dalam sebulan para gay berpotensi memiliki pacar baru sampai 10 orang. Sehingga setiap tahunnya, jumlah lelaki yang memiliki kelainan seks tersebut (LSL-Laki suka Laki) akan bertambah dengan cepat. Masih menurut Hilman yang dilansir media tersebut, para gay tidak hanya berdomisili di wilayah perkotaan, namun sudah merambah hingga ke wilayah selatan karena pihaknya juga mencatat tahun lalu ada sekitar 500 orang yang berdomisili di perkotaan dan selebihnya tersebar di selatan dan wilayah utara Kabupaten Cianjur. Perilaku menyimpang tersebut, membahayakan bagi kesehatan karena mayoritas penderita HIV/AIDS berasal dari seks menyimpang. Tercatat sampai Mei 2017 terdapat 52 gay yang mengidap HIV AIDS, sehingga perlu dilakukan pencegahan oleh semua lapisan termasuk keluarga.
Cianjur yang dikenal sebagai Tatar Santri, harus menerima kenyataan pahit bahwa dari total jumlah penduduknuya yang berjumlah 2,3 juta jiwa, ada lebih kurang 2000 orang yang mengidap perilaku seks menyimpang LGBT. Ini permasalahan kemanusiaan serius yang harus segera diselesaikan, terlebih oleh Aparat Berwenang diantaranya Bupati selaku kepala daerah. Jargon politik Cianjur yang kerap digemborkan dan menjadi kebangaan birokrasi Pemerintahan Cianjur, tak berkutik dan dipermalukan oleh realitas sosial dengan munculnya 2000 orang lebih pengidap penyakit jiwa LGBT. Cianjur Jago dan Cianjur Lebih Maju dan Agamis tak lebih dari isapan jempol belaka, tidak sakti dan tidak pula bertuah, yang ada Cianjur katalanjuran, kena tulah arwah nenek moyangnya yang marah...
No comments:
Post a Comment